Friday, September 15, 2017


● Litani 7 Duka Maria

Tujuan dari Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria adalah mendorong persatuan dengan sengsara Kristus melalui persatuan dengan sengsara istimewa yang ditanggung Santa Perawan sebab ia adalah Bunda Allah. Dengan mempersatukan diri dengan, baik Sengsara Kristus dan Dukacita BundaNya yang Tersuci, kita masuk ke dalam Hati Yesus dan menghormatinya dengan terlebih lagi; Yesus dihormati dengan terlebih lagi sebab kita begitu menghormati BundaNya.

Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria diambil dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kitab Suci. Devosi ini memiliki sejarah yang panjang, meskipun tidak secara resmi disebarluaskan Gereja hingga awal abad kesembilanbelas. Sebelum persetujuan resmi Paus Pius VII, Ordo Servite mendapatkan ijin pada tahun 1668 untuk merayakan Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; Ordo Servite banyak berupaya dalam mempopulerkan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria.

Pada Abad Pertengahan, Teologi Katolik memusatkan diri terutama pada Sengsara Kristus; namun demikian, di samping Manusia Sengsara, umat beriman senantiasa juga merenungkan dukacita Ratu Para Martir. Devosi kepada Kristus yang Tersalib dan kepada Santa Perawan Maria Berdukacita berkembang seiring. Di Kalvari, dalam satu pengertian, terdapat dua altar besar, yang satu adalah Tubuh Yesus, dan yang lain adalah Hati Maria yang Tak Bernoda. Kristus mempersembahkan Tubuh-Nya; Bunda Maria mempersembahkan hatinya, jiwanya sendiri. Setiap tanggal 15 September, sehari sesudah Pesta Salib Suci, Gereja mengenangkan belas kasih Santa Perawan Maria dalam Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; namun tepat juga dalam tahun liturgi, teristimewa dalam Masa Prapaskah, kita menghormati Dukacita Santa Perawan Maria.

Maria tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai Transfigurasi ataupun masuknya Yesus dengan jaya ke Yerusalem, tetapi ia diceritakan ada di Kalvari. Maria memahami benar apa Kehendak Allah dan ia setia serta taat, bekerjasama dengan Putranya sebagai Co-redemptrix. Ia telah mempersiapkan kurban bagi persembahan dan sekarang ia mempersembahkan-Nya di altar Kalvari.

Injil Yohanes 19:25 mengatakan, “Dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.” Atas amanat wasiat Kristus dari atas salib, Bunda Maria dimaklumkan sebagai Bunda seluruh umat manusia.

Maria mempunyai tiga kekasih dalam Hatinya yang Tak Bernoda: Tuhan, Putranya, dan jiwa-jiwa. Ia begitu mengasihi dunia hingga ia menyerahkan Putra tunggalnya. Seperti dikatakan St Bernardus, “Pedang tidak akan sampai kepada Yesus apabila ia tidak terlebih dahulu menembusi hati Maria.” Maria mencintai jiwa-jiwa; dan di Kalvari, setelah menanggung sengsara yang begitu keji, ia memperoleh ganjaran menjadi bunda segenap umat manusia.

Maria adalah Rasul, sebab ia adalah Co-redemptrix: Lihatlah Maria di Kalvari, ia berduka dan berdoa; ia berdiri, bagaikan seorang yang mempersembahkan kurban.

St Ambrosius mengatakan, “Aku membaca bahwa ia berdiri, tetapi aku tidak membaca bahwa ia menangis.” Ketika Maria menyerahkan Putra tunggalnya bagi kita, ia menyerahkan semuanya bagi kita. Sebab itu, dengan tepat dapat dikatakan: “Lihatlah hati ini yang begitu mengasihi segenap umat manusia hingga tak menyisakan sedikitpun bagi mereka.”

Sumber: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka/id273.htm

● Rosario 7 Duka Maria

● Litani 7 Duka Maria


Foto: Patung Pieta di Gereja Santa Maria Purwakarta